TRADISIONALISME MAULID NABI MUHAMMAD SAW DAN
TRAKTASI TELUR
Oleh : Ikhlasul Amal Muslim
Bulan desember adalah bulan akhir tahun dimana ada beberapa peringatan dua
agama yaitu kelahiran Nabi Muhammad SAW bagi ummat muslim dan Hari Natal bagi
kaum kristiani. Namun dalam tulisan kali ini hanya merujuk kepada proses
kelahiran Nabi Muhammad SAW yang biasa di berinama Peringatan Maulid Nabi
Muhammad SAW. Momentum ini membuat diri kita untuk merefleksi sejarah Nabi
Muhammad SAW yang mulai dari proses kelahirannya sampai wafatnya. Mungkin semua
ummat Islam sudah tahu kelahiran Nabi Muhammad s.a.w yang jatuh pada tanggal 12
Rabi’ul Awal bertepatan pada tahun gajah dalam tanggal masehinya yaitu 20 April
571 Masehi.
Peringatan maulid di indonesia terjadi sebuah kelahiran tradisi dan budaya
unik yang tidak akan sama dengan negara – negara Islam mayoritas. Beginilah
kekayaan Islam dalam setiap hari besarnya mampu melahirkan tradisi dan budaya
yang berbau akan budaya Khas Nusantara hingga sadar atau tidak sadar itu mampu
menambah kekayaan akan tradisi dan budaya Nusantara. Begitulah majemuknya Islam Indonesia mampu
berbaur dengan kalangan yang mencintai budaya khas kenusantaraan. Salah satu
tradisi yang sudah melekat dan menjadi tradisi di Indonesia salah satunya Mudik
Lebaran yang momentumnya mampu kita lihat ketika 10 hari sebelum hari raya Idul
Fitri. Begitu pula dengan peringatan Maulid Nabi Muhammad s.a.w. anda akan
lihat beberapa tradisi yang unik dan sudah membudi daya dalam setiap peringatan
maulid tak lengkap rasa jika tak ada tradisi seperti itu dalam setiap
peringatan Maulid.
Tradisi Maulid Nabi Di Indonesia
Dalam setiap daerah di Indonesia kita akan menemukan berbagai tradisi unik
dalam Peringatan Maulid Nabi Muhammad s.a.w. meskipun ada beberapa kalangan
tidak setuju akan peringatan Maulid Nabi Muhammad s.a.w tapi itu tidak akan
menjadi persoalan karna dalam tulisan ini kita hanya membahas tradisi Maulidnya
bukan pada persoalan hukum fiqihnya dalam setiap tradisinya. Berikut bebeerapa
tradisi Maulid Nabi Muhammad s.a.w yang mungkin anda sering jumpai :
1) Muludhen
Tradisi
muludhen digelar oleh warga di Pulau Madura, Jawa Timur saat merayakan
kelahiran Nabi Muhammad SAW. Dalam acara itu biasanya diisi dengan pembacaan
barzanji (riwayat hidup Nabi) dan sedikit selingan ceramah keagamaan yang
menceritakan kebaikan Sang Nabi semasa hidupnya untuk dijadikan sebagai
tuntunan hidup.Tepat tanggal 12 Rabiul Awal, masyarakat akan berduyun-duyun
datang ke masjid untuk merayakan Maulid Agung. Di luar Maulid Agung ini, orang
masih merayakannya di rumah masing-masing. Tentu tidak semua, hanya mereka yang
memiliki kemampuan dan kemauan.Saat Maulid Agung, para perempuan biasanya
datang ke masjid atau musala dengan membawa talam yang di atasnya berisi
tumpeng. Di sekeliling tumpeng tersebut dipenuhi beragam buah yang ditusuk
dengan lidi dan dilekatkan kepada tumpeng. Buah-buah itu misalnya salak, apel,
anggur, rambutan, jeruk, dan lainnya.
2)
Bungo Lado
Tradisi
Bungo Lado (berarti bunga cabai) adalah tradisi yang dimiliki warga Kabupaten
Padang Pariaman, Sumatera Barat. Bungo lado merupakan pohon hias berdaunkan
uang yang biasa juga disebut dengan pohon uang. Uang kertas dari berbagai macam
nominal itu ditempel pada ranting-ranting pohon yang dipercantik dengan kertas
hias.Tradisi bungo lado menjadi kesempatan bagi warga yang juga perantau untuk
menyumbang pembangunan rumah ibadah di daerah itu. Karenanya, masyarakat dari
beberapa desa akan membawa bungo lado. Pohon uang dari beberapa jorong (dusun)
itu kemudian akan dikumpulkan.Uang yang terkumpul biasanya mencapai puluhan
juta rupiah dan disumbangkan untuk pembangunan rumah ibadah. Tradisi maulid ini
biasanya digelar secara bergantian di beberapa kecamatan.
3)
Ngalungsur Pusaka
Di Kabupaten Garut, Jawa Barat, terdapat upacara
Ngalungsur, yaitu proses upacara ritual di mana barang-barang pusaka
peninggalan Sunan Rohmat (Sunan Godog/Kian Santang) setiap setahun sekali
dibersihkan atau dicuci dengan air bunga-bunga dan digosok dengan minyak wangi
supaya tidak berkarat yang difokuskan di Kampung Godog, Desa Lebak Agung,
Kecamatan Karangpawitan.Di tempat lain seperti Banten, kegiatan difokuskan di
Masjid Agung Banten. Demikian pula di tempat-tempat ziarah makam
para wali, tradisi ini juga digelar Tradisi
Ngalungsur Pusaka di Garut, Jawa Barat.
4) Kirab Ampyang
Warga di Loram
Kulon, Jati, Kudus, Jawa Tengah, juga memiliki tradisi tersendiri. Mereka
melakukan kirab Ampyang di depan Masjid Wali. Pada awalnya kegiatan ini
merupakan media penyiaran agama Islam di wilayah tersebut. Tradisi itu
dilakukan oleh Ratu Kalinyamat dan suaminya Sultan Hadirin.Tradisinya dengan
menyajikan makanan yang dihiasi dengan ampyang atau nasi dan krupuk yang diarak
keliling Desa Loram Kulon, Kecamatan Jati, Kudus, sebelum menuju ke Masjid Wali
At Taqwa di desa setempat.
5) Keresen
Tradisi yang tidak
kalah unik adalah Keresen, yaitu merebut berbagai hasil bumi dan pakaian yang
digantung pada pohon keres. Tradisi ini dilakukan oleh sejumlah warga di Dusun
Mengelo, Mojokerto, Jawa Timur. Berbagai hadiah tersebut melambangkan bahwa
semua pohon di muka bumi sedang berbuah menyambut kelahiran Nabi Muhammad
saw.Tradisi Keresan ini digelar setiap tahun untuk memperingati hari kelahiran
Nabi Muhammad SAW. Pohon Keres berbuah lebat oleh aneka hasil bumi sebagai
simbol kelahiran Muhammad membawa berkah bagi umat Islam di seluruh dunia.
6) Panjang Jimat
Panjang Jimat adalah
tradisi Maulid Nabi di Keraton Cirebon. Upacara dihadiri ribuan masyarakat yang
berdatangan dari berbagai daerah. Mereka sengaja datang ke 3 keraton hanya
untuk menyaksikan proses upacara.Peringatan Maulid Nabi juga turut digelar di
makam Sunan Gunung Jati, Kecamatan Gunung Jati, Kabupaten Cirebon. Di makam
tersebut juga dipadati oleh ribuan orang yang sengaja ingin menghabiskan waktu
pada malam Maulid Nabi.
7) Grebeg Maulud
Pada zaman
kesultanan Mataram, perayaan Maulid Nabi disebut Grebeg Mulud. Kata 'gerebeg'
artinya mengikuti, yaitu mengikuti sultan dan para pembesar keluar dari keraton
menuju masjid untuk mengikuti perayaan Maulid Nabi, lengkap dengan sarana
upacara, seperti nasi gunungan dan sebagainya. Puncak peringatan hari kelahiran
Nabi Muhammad SAW diperingati dengan penyelenggaraan upacara Grebeg Maulud. Puncak dari upacara
ini adalah iringan gunungan yang dibawa ke Masdjid Agung. Setelah di masjid
diselenggarakan doa dan upacara persembahan ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa,
sebagian gunungan dibagi-bagikan pada masyarakat umum dengan jalan diperebutkan
8)
Maudu Lompoa
Di Cikoang, Takalar, Sulawesi
Selatan ada sebuah tradisi menyambut Maulid Nabi, yaitu diadakanya tradisi
Maudu Lompoa Cikoang (dalam bahasa Makassar). Tradisi ini merupakan perpaduan dari unsur atraksi
budaya dengan ritual-ritual keagamaan yang digelar setiap tahun di bulan Rabiul
Awal berdasarkan Kalender Hijriyah. Yang unik dari tradisi ini adalah
persiapannya yang memakan waktu 40 hari. Tradisi diawali dengan mandi di bulan
Syafar yang dipimpin para sesepuh atau tertua.
Pada hari H perayaan Maudu Lompoa, masyarakat
Cikoang yang berpakaian adat berjalan beriringan sampil memikul julung-julung.
Nantinya julung-julung tersebut akan di perebutkan oleh semua
orang.Julung-julung yang diperebutkan berisi telur hias, ayam, beras dimasak
setengah matang, beras ketan, mukena, kain khas Sulawesi serta aksesoris
lainnya. Agar lebih indah, julung-julung dilengkapi dengan kibaran kain khas
Sulawesi warna-warni bak bendera terpasang di atas perahu. Julung-julung
diletakkan di depan semua orang.
Makna Telur Dalam Peringatan Maulid
Begitulah peringatan Maulid di indonesia
berbagai tradisi yang begitu menguat dan sudah menjadi khas tradisi
kenusantaraan. Namun satu hal yang harus kita teliti dalam setiap tradisi
Peringatan Maulid Nabi yaitu telur, tak lengkap rasanya Maulid Nabi jika tanpa
telur yang di hias dengan berbagai parian warna dan kreasi unik. Telur
terkadang di bungkus dengan kertas berwarna dan di letakkan di tempat lebar
kemudian di jejer rapi layaknya barisan shaf sholat berjamaah, ada pula telur
di gantung di ranting kayu dan di bungkus dengan kertas berwarna kemudian di
letakkan dekat mimbar.
Dalam benak kita mungkin akan bertanya kenapa
telur menjadi tradisi dalam peringatan Maulid Nabi di berbagai daerah? Ada
sebuah makna filosofis yang terkadung dalam telur dimana ada cangkan, isi
putih, dan isi kuningnya. Cangkan telur di ibaratkan sebagai pertahanan
keimanan dari serangan syetan yang ingin meruntuhkan keimanan. Isi putihnya
dalam peringatan maulid mengingatkan akan kesucian Rasulullah s.a.w. selama
hidup di dunia. Isi kuningnya yang berada di tengah merupakan inti manusia
yaitu qalbu kita perlu di jaga layaknya isi kuning telur berada di tengah yang
di luarnya terdapat isi putih telur dan
cangkan telur yang keras sebagai pertahanan qalbu.
Secara ekonomis telur mampu di jangkau oleh
seluruh kalangan ummat Islam dalam memperingati maulid Nabi Muhammad s.a.w.
dari segi mamfaatnya, Imam Baihaqi dalam kitabnya Syu’abul Iman (Juz I : Hal.
87) menyebutkan sebuah riwayat yang di klaim sebagai hadits Marfu’ (
disandarkan kepada Nabi Muhammad s.a.w.) bahwa jika seseorang merasa lemas dan
tidak bertenaga, maka di perintahkannya memakan telur. Berdasarkan riwayat
dapat dipahami bahwa terlur termasuk obat kuat, dan memang merupakan sumber
protein terbaik, putih telur menghaluskan dan memutihkan kulit, sedangkan kunin
telur sebagai salah satu sumber vitamin B – Kompleks membantu perkembangan
otak. Demekianlah telur harganya murah namun khasiatnya sangat besar.

Tidak ada komentar:
Posting Komentar