Kamis, 21 Januari 2016

IPNU - IPPNU DALAM MENANGGULANGI WESTERNISASI DAN NARKOBA

IPNU - IPPNU DALAM MENANGGULANGI WESTERNISASI DAN NARKOBA

Ikatan pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU) dan Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama (IPPNU) adalah organisasi pelajar yang lahir dari organisasi kemasyarakatan Nahdlatul Ulama (NU). Di era globalisasi banyak permasalahan dinegeri ini terutama dikalangan tunas bangsa kita yaitu para pelajar Indonesia yang diserang dari berbagai asfek kehidupan para pelajar.

Tantangan IPNU - IPPNU sekarang bukan hanya radikalisasi dan terorisme yang sering diangkat kepermukaan namun tantangan yang muncul adalah penanaman budaya westernisasi dan narkoba dikalangan pelajar semakin meningkat ditiap tahunnya menjadi persoalan utama yang harus di hadapi. Di era transnasional para pengedar narkoba dan westernisasi menjadi lahan segar untuk mempermudah gerakan mereka. Strategi gerakan bawa tanah menjadi kunci utamanya dalam menhancurkan generasi bangsa atau pelajar Indonesia.

Westernisasi dikalangan pelajar

Secara realitas pergerakan westernisasi mereka mulai massif dengan menyeran para pelajar untuk merubah pola kehidupan dengan penanaman budaya barat yang bersifat hedonis atau hura-hura. Disamping itu pula kebanyakan peranan media seakan ikut membantu gerakan westernisasi dengan mengadalkan televise swasta, sosial media dan berbagai media yang mengubah pola kehidupan para pelajar di Indonesia. Bisa kita ketahui bahwa tauran dikalangan pelajar sangat berkembang pesat dan tak mudah di hentikan begitu saja karna persoalan penanam budaya barat di pikiran para pelajar untu berbuat anarkis antar sesama pelajar. Dari pihak pemerintah pula sudah berapa kali merubah kurikulum sampai kurikulum itu berbasis karakter namun tak ada perubahan signifikan dalam menanggulangi anarkisme pelajar. Analisis tawuran di kalangan pelajar memiliki empat domain: keluarga, sekolah, sosial dan media.

Lingkungan keluarga yang tidak membuat suasana nyaman kerap kali menjadi sumber kekecewaan. Selain berakibat hilang identitas diri dan kemandirian di sebabkan nihilnya peran keluarga dalam mengasuh anak, sehingga mengekpresikan dengan kekecawaanya bersama kelompoknya dengan kelakuan dekstruktif. Sebagai bentuk kesetiaan dan komitmen terhadap kelompoknya.

Sekolah menjadi saranah pembelajaran bagi siswa kerap kali menjadi tempat bagi para pelajar untuk melakukan perilaku kurang disiplin jika guru gagal merangsang minat belajar siswa kondisi ini pula dapat menstimulus siswa untu membolos disekolah dan melakuka kegiatan di luar sekolah yang menganggap heroic dan penuh tantangan bersama teman sekolompoknya.

Ligkungan sosial sangatlah berpengaruh dalam merubah mainset pemikiran para pelajar karna dengan muncul berbagai kekerasan antar suku, daerah, agama, adalah bentuk doktirinitas secara tidak lansung untuk para pelajar berbuat seperti apa yang ada pada lingkungannya. Dititik ini pula lingkungan sosial telah memberikan contoh betapa kekerasan menjadi pilihan tunggal dalam melegalkan kepentingan kelompok.

Peranan media dalam merubah pola fikir pelajar memungkin untuk membuat hal anarkisme antar pelajar dengan maraknya di televisi, youtube, dan berbagai media sosial lainnya mempertontonkan hal-hal anarkisme, bahkan mempertotongkan heroicnya seoarang pelajar ketika tauran antar pelajar demi kepentingan kelompoknya.

Fenomena tawuran antar pelajar kini telah meluas ke lingkup kriminalitas seperti, penodongan, penculikan, pemerkosaan, pembajakan angkutan umum sampai kepada pembunuhan. Historigrafi sosial pelajar menandakan bahwa kekerasan di tingkat pelajar semakin meningkat dan susah untuk menanggulanginya karna sudah masuk ke area kriminalitas.

Peredaran narkoba bagi kaum pelajar di indonesia

Misi pengedar narkoba antar Negara melalui era trans nasional ini memudahkan untu bergerak masuk kepada kaum pelajar di Indonesia. Hal tersebut mengelisahkan kalangan orang tua terhadap anaknya yang masih pelajar sebab psikolgi pelajar masih lalbil dan cendrung tak berpikir ketika mencoba sesuatu hal yang baru dalam kehidupannya.

Betapa tidak menggelisahkan orang tua dari hasil badan narkotika nasional (BNN) di ketahui sejak tahun
2003, jumlah kasus narkotika dalam negeri ini cederung meningkat dengan jumlah terasangka yang juga cenderung bertambah. Pada tahun 2008 berjumlah 13.104 tersangka, dan menjadi 11.601 tersangka pada 2009. Pada tahun yang sama, jumlah warga yang dirawat pusat reahabilitasi lebih dari 17.700 orang. Tak kala menggelisahkan pula, para pengguna zat psikotropika ini rata-rata adalah pelajar. Dijakarta tujuh dari sepuluh pecandu narkoba adalah kaum pelajar.

Di usia pelajar mudah untuk di perbaharui jiwa dengan melihat kondisi psikolgi yang masih cenderung fluktuasi dengan perjalanan hidup berupa pengalaman fisik, emosional, intelektual dan sosial. Dengan tingkat labilitas tinggi mempermudah para pengedar narkoba untuk mengedar barangnya dengan menggunakan strategi lingkungan sosial yang mendorong pada fantasi kebebasan ala anak muda yang di barengi dengan pergaulan bebas.

Ironisnya transaksi narkoba di era transnasional bisa pula menggunakan media teknologi komunikasi canggih. Jaringan narkotika ini sudah termasuk kedalam kejahatan internasional yang tidak mengenal Negara dan batas Negara dalam melakukan transaksi. Betapa canggi dalam melakukan transaki karna didukung oleh pihak financial besar dan menggunakan strategi acak,keluar pintu yang berbeda dan jaringan sel terputus sehingga menyusahkan pihak aparat penegak hukum untuk melakukan pembuktian.

Peran IPNU - IPPNU

Dari problem permasalahan pelajar tersebut pihak organisasi IPNU dan IPPNU sudah menjadi pekerjaan rumah dan harus berpikir secara kolektif untuk menanggulangi westernisasi dan narkotika dikalangan anak muda dan pelajar di Indonesia demi menghentikan pergerkan westernisasi dan narkotika ini tak merebak luas di tiap daerah. Dengan pola kaderisasi IPNU dan IPPNU yang mengutamakan “belajar, berjuang, bertakwah” adalah motto utama IPNU dan IPPNU untuk merancang nalar para pelajar untuk terus berfikir kreatif. Sebagai organisasi pembelajar dan dialektika menuju organisasi pemberdayaan menjadi pilihan yang tak ditawar lagi. Kuncinya tak lain adalah peningkatan kreatifitas, penajaman agenda kerja, dan pengokohan spirit untuk selalu meraih progress.

Memaknai IPNU – IPPNU sebagai organisasi pembelajar bagi para pelajar menempatkan posisi IPNU – IPPNU dalam menghadapi tantangan zaman agar tak mudah terjerumus kadalam lingkaran penanaman budaya barat yang biasa disebut westernisasi dan penggunaan zak psikotropika atau narkoba. Strategi kaderisasi IPNU – IPPNU berlangsung dari pelatihan formal dan pelatihan non formal demi menunjang keberlansungan kader – kader IPNU – IPPNU untuk meingkatkan kafasitas kemampuan mereka dan di perketat pula dengan kegiatan program kerja demi menjauhkan pelajar dari sisi pola kehidupan negatif dengan begitu pelajar Indonesia mampu kita kurangi tingkat pecandu narkoba dan sifat anarkisme antar pelajar.

21 januari 2016
Ikhlasul Amal Muslim
PC. IPNU Kab. Bulukumba

Tidak ada komentar:

Posting Komentar