IPNU - IPPNU DALAM MENANGGULANGI WESTERNISASI DAN NARKOBA
Ikatan pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU) dan Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul
Ulama (IPPNU) adalah organisasi pelajar yang lahir dari organisasi
kemasyarakatan Nahdlatul Ulama (NU). Di era globalisasi banyak
permasalahan dinegeri ini terutama dikalangan tunas bangsa kita yaitu
para pelajar Indonesia yang diserang dari berbagai asfek kehidupan para
pelajar.
Tantangan IPNU - IPPNU sekarang bukan hanya radikalisasi
dan terorisme yang sering diangkat kepermukaan namun tantangan yang
muncul adalah penanaman budaya westernisasi dan narkoba dikalangan
pelajar semakin meningkat ditiap tahunnya menjadi persoalan utama yang
harus di hadapi. Di era transnasional para pengedar narkoba dan
westernisasi menjadi lahan segar untuk mempermudah gerakan mereka.
Strategi gerakan bawa tanah menjadi kunci utamanya dalam menhancurkan
generasi bangsa atau pelajar Indonesia.
Westernisasi dikalangan pelajar
Secara realitas pergerakan westernisasi mereka mulai massif dengan
menyeran para pelajar untuk merubah pola kehidupan dengan penanaman
budaya barat yang bersifat hedonis atau hura-hura. Disamping itu pula
kebanyakan peranan media seakan ikut membantu gerakan westernisasi
dengan mengadalkan televise swasta, sosial media dan berbagai media yang
mengubah pola kehidupan para pelajar di Indonesia. Bisa kita ketahui
bahwa tauran dikalangan pelajar sangat berkembang pesat dan tak mudah di
hentikan begitu saja karna persoalan penanam budaya barat di pikiran
para pelajar untu berbuat anarkis antar sesama pelajar. Dari pihak
pemerintah pula sudah berapa kali merubah kurikulum sampai kurikulum itu
berbasis karakter namun tak ada perubahan signifikan dalam
menanggulangi anarkisme pelajar. Analisis tawuran di kalangan pelajar
memiliki empat domain: keluarga, sekolah, sosial dan media.
Lingkungan keluarga yang tidak membuat suasana nyaman kerap kali menjadi
sumber kekecewaan. Selain berakibat hilang identitas diri dan
kemandirian di sebabkan nihilnya peran keluarga dalam mengasuh anak,
sehingga mengekpresikan dengan kekecawaanya bersama kelompoknya dengan
kelakuan dekstruktif. Sebagai bentuk kesetiaan dan komitmen terhadap
kelompoknya.
Sekolah menjadi saranah pembelajaran bagi siswa
kerap kali menjadi tempat bagi para pelajar untuk melakukan perilaku
kurang disiplin jika guru gagal merangsang minat belajar siswa kondisi
ini pula dapat menstimulus siswa untu membolos disekolah dan melakuka
kegiatan di luar sekolah yang menganggap heroic dan penuh tantangan
bersama teman sekolompoknya.
Ligkungan sosial sangatlah
berpengaruh dalam merubah mainset pemikiran para pelajar karna dengan
muncul berbagai kekerasan antar suku, daerah, agama, adalah bentuk
doktirinitas secara tidak lansung untuk para pelajar berbuat seperti apa
yang ada pada lingkungannya. Dititik ini pula lingkungan sosial telah
memberikan contoh betapa kekerasan menjadi pilihan tunggal dalam
melegalkan kepentingan kelompok.
Peranan media dalam merubah pola
fikir pelajar memungkin untuk membuat hal anarkisme antar pelajar
dengan maraknya di televisi, youtube, dan berbagai media sosial lainnya
mempertontonkan hal-hal anarkisme, bahkan mempertotongkan heroicnya
seoarang pelajar ketika tauran antar pelajar demi kepentingan
kelompoknya.
Fenomena tawuran antar pelajar kini telah meluas ke
lingkup kriminalitas seperti, penodongan, penculikan, pemerkosaan,
pembajakan angkutan umum sampai kepada pembunuhan. Historigrafi sosial
pelajar menandakan bahwa kekerasan di tingkat pelajar semakin meningkat
dan susah untuk menanggulanginya karna sudah masuk ke area kriminalitas.
Peredaran narkoba bagi kaum pelajar di indonesia
Misi pengedar narkoba antar Negara melalui era trans nasional ini
memudahkan untu bergerak masuk kepada kaum pelajar di Indonesia. Hal
tersebut mengelisahkan kalangan orang tua terhadap anaknya yang masih
pelajar sebab psikolgi pelajar masih lalbil dan cendrung tak berpikir
ketika mencoba sesuatu hal yang baru dalam kehidupannya.
Betapa
tidak menggelisahkan orang tua dari hasil badan narkotika nasional (BNN)
di ketahui sejak tahun
2003, jumlah kasus narkotika dalam negeri ini
cederung meningkat dengan jumlah terasangka yang juga cenderung
bertambah. Pada tahun 2008 berjumlah 13.104 tersangka, dan menjadi
11.601 tersangka pada 2009. Pada tahun yang sama, jumlah warga yang
dirawat pusat reahabilitasi lebih dari 17.700 orang. Tak kala
menggelisahkan pula, para pengguna zat psikotropika ini rata-rata adalah
pelajar. Dijakarta tujuh dari sepuluh pecandu narkoba adalah kaum
pelajar.
Di usia pelajar mudah untuk di perbaharui jiwa dengan
melihat kondisi psikolgi yang masih cenderung fluktuasi dengan
perjalanan hidup berupa pengalaman fisik, emosional, intelektual dan
sosial. Dengan tingkat labilitas tinggi mempermudah para pengedar
narkoba untuk mengedar barangnya dengan menggunakan strategi lingkungan
sosial yang mendorong pada fantasi kebebasan ala anak muda yang di
barengi dengan pergaulan bebas.
Ironisnya transaksi narkoba di
era transnasional bisa pula menggunakan media teknologi komunikasi
canggih. Jaringan narkotika ini sudah termasuk kedalam kejahatan
internasional yang tidak mengenal Negara dan batas Negara dalam
melakukan transaksi. Betapa canggi dalam melakukan transaki karna
didukung oleh pihak financial besar dan menggunakan strategi acak,keluar
pintu yang berbeda dan jaringan sel terputus sehingga menyusahkan pihak
aparat penegak hukum untuk melakukan pembuktian.
Peran IPNU - IPPNU
Dari problem permasalahan pelajar tersebut pihak organisasi IPNU dan
IPPNU sudah menjadi pekerjaan rumah dan harus berpikir secara kolektif
untuk menanggulangi westernisasi dan narkotika dikalangan anak muda dan
pelajar di Indonesia demi menghentikan pergerkan westernisasi dan
narkotika ini tak merebak luas di tiap daerah. Dengan pola kaderisasi
IPNU dan IPPNU yang mengutamakan “belajar, berjuang, bertakwah” adalah
motto utama IPNU dan IPPNU untuk merancang nalar para pelajar untuk
terus berfikir kreatif. Sebagai organisasi pembelajar dan dialektika
menuju organisasi pemberdayaan menjadi pilihan yang tak ditawar lagi.
Kuncinya tak lain adalah peningkatan kreatifitas, penajaman agenda
kerja, dan pengokohan spirit untuk selalu meraih progress.
Memaknai IPNU – IPPNU sebagai organisasi pembelajar bagi para pelajar
menempatkan posisi IPNU – IPPNU dalam menghadapi tantangan zaman agar
tak mudah terjerumus kadalam lingkaran penanaman budaya barat yang biasa
disebut westernisasi dan penggunaan zak psikotropika atau narkoba.
Strategi kaderisasi IPNU – IPPNU berlangsung dari pelatihan formal dan
pelatihan non formal demi menunjang keberlansungan kader – kader IPNU –
IPPNU untuk meingkatkan kafasitas kemampuan mereka dan di perketat pula
dengan kegiatan program kerja demi menjauhkan pelajar dari sisi pola
kehidupan negatif dengan begitu pelajar Indonesia mampu kita kurangi
tingkat pecandu narkoba dan sifat anarkisme antar pelajar.
21 januari 2016
Ikhlasul Amal Muslim
PC. IPNU Kab. Bulukumba
Tidak ada komentar:
Posting Komentar